Saturday 27 August 2011

BURN

EPISODE 8 : BURN





The sky is red, I don't understand
Past midnight I still see the land



Malam ini kelihatannya cerah. Okay, malam inilah saatnya, aku berencana mengajak Daniella makan malam di restoran.... 



... dan bukan sekedar restoran biasa, melainkan restoran baru kepunyaanku. Sebetulnya, aku baru saja memulai usaha kuliner ini dengan bermodalkan sebagian uang hasil pekerjaanku sebagai pembunuh bayaran. Restoran kecil sih, namanya juga sekedar usaha sampingan. Kapasitasnya cuma tujuh meja. Tadinya ingin kuberi nama "Casper Lawrence's Awesome Restaurant". Tapi terlalu norak, kata saran temanku yang pandai bisnis. Ia menyarankan nama "Colonel Cazz", lebih catchy sih, dan selain itu aku tak mungkin menggunakan nama lengkapku, berhubung ada banyak orang yang menginginkan nyawaku...

Hmm... Aku jadi ingat tentang seseorang yang beberapa bulan yang lalu berhasil masuk ke rumahku, dan kemampuan bertarungnya cukup membuatku kesulitan. Siapa wanita itu namanya? Oh iya, aku ingat, Michelle de Angelis. Ia ingin membalas dendam kakaknya. Dimana wanita itu sekarang?




People are sayin' the woman is damned
She makes you burn with a wave of her hand



Rencananya, besok "Colonel Cazz" akan mengadakan grand opening, tapi untuk malam ini dikhususkan untuk kami berdua. Karyawannya pun hanya dua orang untuk malam ini, satu juru masak dan satu waiter.

Kami berdua sampai di restoran itu. Aku baru menyadari bahwa dekorasi ruangannya masih terasa hambar. Kalau begitu sebelum grand opening, aku harus berbelanja beberapa objek-objek hiasan. 

Restoran itu terdiri dari dua lantai. Lantai pertama khusus untuk dapur, sedangkan dining roomnya sendiri ada di lantai dua, dengan tangga langsung dari luar menuju ke atas. Konfigurasi ini cukup menghemat tempat dibandingkan jika dapur dan ruang makan berada di lantai yang sama, sehingga tidak perlu modal besar untuk tanah, demikian saran dari temanku yang arsitek. Kelemahannya ialah butuh waktu lebih lama untuk mengantar makanan ke atas.

"Nice place, Caspersky, kamu mampu membeli ini semua?", tanya Daniella sambil melihat-lihat seisi ruangan.

"Yeah, bonus dan tunjanganku lumayan besar..." Aku berbohong, Daniella belum tahu bahwa aku seorang pembunuh bayaran. Ia masih percaya bahwa aku adalah seorang IT supervisor di sebuah department store.



Sebenarnya sih, malam ini sekaligus malam dimana aku berencana akan mengatakan semua sejujurnya kepada Daniella. Aku sudah memutuskan bahwa ini saatnya untuk come clean. Tidak ada lagi kebohongan. Aku pun sudah siap jika ia memilih meninggalkanku setelah ini. Masih lebih baik daripada aku harus terus berpura-pura pulang kantor dan membuat proyek-proyek palsu seolah aku sedang bekerja. Yep, semua kepalsuan ini akan berakhir sekarang, pikirku...

... Namun ternyata sulit untuk memulai. Sembari menunggu pesanan, kami mengobrol tentang bermacam topik, tetapi bukan tentang yang ingin aku sampaikan. Mungkin sehabis makan saja, pikirku. 

By the way, kenapa pesanan kami belum datang juga? Memang sih ini pengalaman pertama bagi si juru masak, tapi kami cuma pengunjung satu-satunya. Aku meminta ijin pada Daniella, dan memeriksa ke dapur di lantai bawah....



... dan kutemukan Freddie, si pelayan sudah tergeletak di lantai....

...



Masih hidup, pikirku dalam hati setelah aku mengecek denyut jantungnya. Hanya pingsan saja. Apa yang terjadi?

Kemudian tak lama kemudian giliran Lambert, si juru masak, yang kutemukan terikat di pilar. Tangannya dirantai, dan mulutnya disumpal. Aku baru saja hendak melepaskan sumpal mulutnya ketika pintu di belakangku terbuka.

"Halo Lawrence... Restoran yang bagus..." 




Aku pernah dengar suara itu. Michelle de Angelis...



I didn't believe she was a devil's sperm
She said, "Curse you all, you'll never learn"



Ia memegang pistol.. Sig Sauer SP-2022. Diarahkan moncong berperedamnya ke kepalaku. Tapi sebagai salah satu pembunuh terbaik di kota ini, aku juga sudah selalu bersiap menghadapi hal ini....

Dengan cepat, kutarik pistol yang selalu aku bawa di belakang celanaku. Beretta 87 Cheetah warna hitam. Sayang sekali, pistol warisan ayahku tertinggal di rumah korban terakhirku. Sebagai gantinya aku membeli pistol murah ini.

Kini kami berdua saling  menodongkan pistol. Keadaan seimbang. Yang kukhawatirkan ialah apakah ia cukup nekat untuk mati demi balas dendam kakaknya, karena jika begitu, ia tak akan segan-segan menarik pelatuk....

"Maaf kami masih belum buka, silakan datang kembali esok hari..." kataku sambil tetap mengarahkan pistolku ke wajahnya. 

Ia terlihat agak gugup dalam memegang pistol. Kemungkinan ia belum pernah membunuh orang. Lawanku adalah seorang atlet gulat wanita yang sudah mengoleksi puluhan medali, tetapi pasti belum punya pengalaman dalam pertempuran hidup dan mati sesungguhnya. Tapi itu hanya asumsiku saja, dan mengingat bahwa kakaknya ialah salah satu pemimpin mafia di Moyopolis, maka bisa saja asumsiku salah...

"Begini saja, kita berdua menyingkirkan pistol, lalu kau dan aku, hand-to-hand, sampai mati, bagaimana?". Yang penting kami tidak saling menembak, pikirku. Dalam kondisi ini, seseorang yang termotivasi nothing-to-lose akan lebih berbahaya dan tidak dapat diprediksi, karena itu aku berusaha menyetirnya menuju situasi yang aku inginkan.

"Setuju, turunkan bersama-sama..." Dan kami berdua pun secara perlahan-lahan menurunkan pistol kami masing-masing, kemudian melemparnya ke sudut ruangan....

... Lalu aku menyerang duluan. Aku menerjang maju dan melancarkan kombinasi pukulan kiri-kanan. Tanpa diduga ia bisa menghindari semuanya dengan sempurna. Lalu ia mengait kepalaku dengan kedua tangannya, dan menyerang perutku dengan lutut. Yang pertama kena telak, namun aku berhasil menangkis yang kedua. 

Kemudian ia mendorongku ke meja dapur. Bunyi panci berjatuhan memenuhi ruangan. Namun sayang sekali tidak akan terdengar sampai ke atas, karena lantai yang cukup tebal dan background musik di ruangan tempat Daniella berada.

Kali ini ia yang menyerang. Sebuah tendangan tumit yang sangat cepat, namun masih berhasil kutangkis. Selanjutnya aku memutari badannya, memeluk pinggangnya, dan berniat membantingnya dengan jurus German Suplex. Tetapi sebagai pemegang medali emas cabang gulat nasional, ia mengatasinya dengan menyikut wajahku. Ia berhasil melepaskan diri, lalu berbalik badan dan menerjang maju.

Aku terdorong beberapa langkah ke belakang, sampai akhirnya menabrak kompor. Tidak disangka ia akan mengajak adu kekuatan secara frontal begini. Tapi aku seorang pria yang lebih kuat. Giliran badannya yang aku lemparkan ke kompor di belakangku. Ia jatuh terguling, lalu dengan cepat bangun lagi sambil mengambil jarak.



Aku melompat ke depan sambil melakukan hantaman Double Axe Handle. Ia menangkap lenganku dan membantingku ke belakang. Aku cepat-cepat berdiri lagi dan menendang badannya. Kutambah lagi dengan tendangan ke perut, ia menunduk kesakitan. Ketika aku hendak menggebuk punggungnya, Michelle malah menerjang maju, menggagalkan timingku sekaligus menjatuhkanku. Saat ia ingin meninju wajahku, kutangkis, lalu kuberi sundulan ke kepalanya. Ia kembali mundur.

Ada bau aneh, rupanya pergumulan kami tadi di dekat kompor menyebabkan adanya selang gas yang bocor. Bahaya nih, untung kami tidak menggunakan senjata api. 

Tapi yang menyebabkan api tidak hanya pistol. Yang kutakutkan terjadi, perkelahian kami menyebabkan salah satu kabel microwave tersenggol, dan percikan api muncul di stop kontaknya. Dengan cepat, api menyebar di seluruh ruangan dapur...



The city's ablaze, the town's on fire
The woman's flame is reachin' higher
We were fools, we called her a liar
All I hear, is "Burn!!"






Michelle berhasil keluar dengan melompat dari jendela dapur. Sedangkan aku berusaha kembali ke lantai atas dan menyelamatkan Daniella.

Api bertambah besar. Nasib kedua pegawai restoranku sudah bisa dipastikan tidak selamat. Aku masih berusaha menaiki tangga ke lantai atas, sambil berteriak-teriak memanggil Daniella.

Lalu mimpi buruk itu terjadi, lantai dua roboh karena kobaran api sudah memakan struktur bangunan. Aku berhasil keluar di saat-saat terakhir, itupun dengan beberapa luka bakar di bahu dan punggung.

...

Daniella....

Ia tidak selamat...

...



You know we had no time
We could not even try
You know we had no time...



Aku biasanya hanya membunuh orang jika dibayar oleh orang lain....

Kali ini pengecualian...


...


Tunggu saja, Michelle de Angelis, I will chase you to the fiery depths of hell...


...


Shelby "Eleanor"ku bergerak menjauhi restoran, aku tidak ingin berurusan dengan polisi, berhubung aku juga kemungkinan merupakan orang yang dicari. Dari jauh, nyala api masih kelihatan dari restoran yang hanya berumur satu hari itu. Asap hitam membubung tinggi. Sayup-sayup terdengar lagu Deep Purple - Burn berasal dari sebuah nearby cafe...



Warning came, no one cared
Earth was shakin', we stood and stared
When it came, no one was spared
Still I hear, "Burn!!"